menulis dan membaca adalah hobiku saat ini esok dan selanjutnya sampai kapanpun itu,,,, teruslah m

Jumat, 03 Agustus 2012

llah SWT pencipta setiap makhluk dan juga menciptakan keperluan makhluk-Nya. Dia Maha Memiliki apa yang diperlukan makhluk-Nya, dan Dia yang menetapkan terjadinya segala keperluan sampai kepada makhluk-Nya. Jadi mengapa kebanyakan manusia bersandar kepada selain Allah SWT? Jika bersandar kepada selain Allah bagaimana mungkin? Karena hanya Allah SWT satu-satunya yang memenuhi kebutuhan setiap makhluk-Nya. Selain Allah SWT tak bisa berbuat apapun tanpa seijin-Nya. Untuk bisa tawakal, maka harus mengenal Allah SWT, melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya. Belajar ikhtiar dengan tetap menetapkan hati dengan tauhid, karena yang menentukan hasil ikhtiar hanya Allah SWT. Harus bersandar kepada Allah SWT dan berprasangka baik kepada Allah SWT. Aplikasi orang yang tawakal adalah mandiri. Allah SWT yang menciptakan setiap manusia, dan Allah SWT yang sangat tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya, lebih tahu dari dirinya sendiri. Allah SWT sangat tahu kepada siapa hati bersandar? Tak satupun luput dari pengetahuan Allah SWT. Jadi setiap diri harus bergantung kepada Allah SWT dalam segala waktu dan keadaan. Sebenarnya masalah setiap orang bukan karena adanya keperluan, tapi karena hati "tak nyantel" kepada Allah (tak yakin dan tak patuh). Yang Allah SWT inginkan adalah lepaskan hati dari kemusyrikan, patuh dan istiqomah. Allah SWT menciptakan sifat "perlu" kepada setiap manusia. Jadi perlu itu harus ditujukan kepada Allah SWT, tak boleh kepada selain Allah. Dialah Allah yang sangat tahu keperluan setiap makhluk, hari ini, besok, lusa, semuanya dalam pengetahuan Allah SWT. Mendapat jalan keluar hakiki bukan karena pintar, hebat, pengalaman, tapi karena tawakal. Boleh ikhtiar tapi hati harus yakin bahwa ide dan yang lainnya datang dari Allah SWT. Orang yang tawakal karena ketakwaannya, akan diberi ilham atau petunjuk untuk mendapatkan takdir terbaik. Allah SWT berfirman dalam QS AtTalaq (65) ayat : 3, yang artinya : "Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”. Menurut Imam Tirmizi: seandainya kalian tawakal yang sebenarnya, maka Allah SWT akan memberi rizki, seperti Allah SWT memberi rizki kepada burung. Jangan ragu dengan jaminan Allah SWT. Hati harus bersandar kepada Allah SWT, karena manusia hanya jalan, semua bersumber dari Allah SWT. Harus pahami ilmunya. Yang paling berbahaya dalam hidup, bersandarnya hati kepada makhluk, selama bisa melakukan sendiri jangan minta-minta, jangan suka ingin yang ada di tangan orang lain. Bersandarlah kepada Allah, karena Dia Maha Tahu isi hati dan kebutuhan setiap yang hamba-Nya. Jika bersandar kepada selain-Nya, mungkin tetap akan diberi oleh Allah SWT, tapi hati tak pernah merasa cukup. Setiap harapan buktikan dengan amalan, jika tidak, maka sekadar angan-angan. Allah Maha Tahu dampak dari setiap masalah yang kita hadapi, Allah Maha Melihat berapa banyak yang dilarang Allah SWT dilanggar dan berapa banyak yang diperintahkan tapi tak dilaksanakan. Jika banyak berharap kepada selain Allah, maka akan makin kecewa dan gelisah. Jika hati bergantung kepada selain Allah SWT, hidup akan jauh dari kebahagiaan hakiki. Jika banyak meminta kepada makhluk, maka kehormatan diri (izzah) pun akan turun. Tawakal itu dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT menggolongkan kita merasa cukup bukan ingin banyak, banyak itu berbau nafsu. Cukup itu terukur sedangkan banyak relatif. * Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Pendiri & Pembina DPU Daarut Tauhiid


Doa adalah penting. Bahkan Allah SWT juga memerintahkan kita untuk berdoa. Memang, yang terpenting dari doa bukanlah tujuan dari doa itu sendiri. Tetapi suasana hati kita yang benar-benar memurnikan tauhid tatkala berdoa dan dalam memaknainya.

Seseorang dikatakan baik ketika berdoa jika orang tersebut berhasil menemukan posisi yang paling tepat bagi seorang hamba. Merasa lemah tiada daya. Dia akan memohon kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Hamba yang baik itu yang merasa miskin. Tidak punya apa pun.Termasuk diri ini. Jika kita masih merasa punya, merasa bisa, itu tidak benar.

Ketika kita sudah merasa tidak berdaya dan hanya berharap kepada Allah SWT, dan tidak pernah hati ini bercabang mengharapkan pertolongan siapa pun, itu sudah bagus. Insya Allah doanya makbul. Ketika kita merasa tidak mengerti, tidak tahu, bodoh, dan Allah satu-satunya yang Maha Tahu, itu jadi posisi yang paling mustajab. Dan itu tidak hanya pada waktu berdoa saja.

Ada yang merasa mempunyai kedudukan di sisi Allah. Seakan-akan dia sudah suci dan sudah mulia karena memakai pakaian yang islami. Bagi laki-laki, dia memakai sorban dan peci. Jika perempuan, dia memakai jilbab yang lebar dan pakaian rapi. Sehingga merasa mempunyai kedudukan di sisi Allah. Justru itu bisa menjadi hijab (penghalang) bagi kedekatannya dengan Allah. Harusnya orang itu merasa kotor, hina, dan berpikir jangan-jangan berpakaian rapi simbol-simbol agama, tapi berhati busuk.

Jika kita merasa saleh, pintar, dan lebih jelek lagi jika merasa mempunyai kedudukan di sisi Allah, itu akan menjadi hijab. Jadi, jika ingin doanya mustajab, bukan masalah redaksi doanya. Masalah redaksi dapat dibaca oleh siapa pun. Tapi lebih kepada hati yang menyerahkan segalanya kepada Allah.

Mengapa ada yang berdoa satu kali langsung dikabulkan dan ada yang berdoa 1.000 kali tapi doanya tidak dikabulkan? Pasti ada masalah di hatinya. Dia mengatakan 'laa haula wa laquwwata illa billah', tapi hatinya masih berharap kepada selain Allah. Harusnya, meyakini bahwa tidak ada yang bisa menolong selain Allah.

Memang yang terpenting adalah bukan masalah terkabulnya doa. Yang terpenting bagi kita adalah jadi hambanya Allah melalui doa. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56.)

Jadi, yang terpenting dari doa kita adalah tauhid kita menjadi bersih dan menjadi hamba Allah sejati. Perkara dikabulkannya doa itu karunia lain dari Allah. Agar keterkabulan doa itu bisa menambah keimanan.

Doa itu bisa mengubah dari takdir satu ke takdir lain. Mau takdir apa pun, semuanya tidak ada yang baru di sisi Allah. Karena semuanya telah ditulis di lauhul mahfudz. Begitu pun dengan doa. Doa yang betul-betul bulat dan doa yang main-main akan berbeda hasilnya.

Adapun perkara mendoakan orang lain itu bisa saja. Bagaimana jika Allah membalikkan hati seseorang? Bisa jika Allah mau. Rasulullah saw juga mendoakan di antara dua Umar. Umar bin Khatab dan Umar bin Khisam yang ternyata hanya salah satu saja yang hatinya di balikkan oleh Allah.

Rasulullah saw juga banyak mendoakan orang agar diberi hidayah. Oleh karena itu, jangan pelit berdoa. Karena siapa tahu Allah memberikan saat mustajabnya doa ketika kita sedang berdoa. Semua doa kita pasti didengar oleh Allah. Tidak ada yang tidak terdengar dan semua ada catatannya. Dan Allah Maha Tahu merunduknya hati kita seperti apa. Jangan ragukan mustajabnya doa. Janji Allah sudah pasti, tapi bentuk dan caranya sesuka Allah.

Berbaik sangkalah kepada Allah. Dan berbaik sangka itu cirinya adalah patuh. Allah akan membantu, Allah akan membereskan, karena Ia pemilik jagad semesta ini. Allah akan mencukupi. Itu baik sangka. Tapi jika tidak salat, maksiat jalan terus, ini bukan baik sangka. Itu menghayal saja.


*Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Pendiri & Pembina DPU Daarut Tauhiid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar